* terbit: 07 Juni 2014, Harian Serambi
DI era modern ini,
berbagai macam metode pendidikan terus berkembang. Mulai dari
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan juga dipandang tak hanya sebagai
tempat untuk menuntut ilmu, bagi beberapa orang tua
sekolah juga sebagai
penanda bahwa seperti apa mereka dan status pendidikan dalam
masyarakat.
Tak hanya itu, sekolah pun kini berlomba-lomba
mengeluarkan berbagai macam strategi dalam mendidik anak. Berbagai macam
kegiatan ekstrakurikuler seperti Palang Merah Remaja (PMR), Pramuka,
Sanggar Seni, dan lainnya pun dikembangkan untuk mempersiapkan potensi
si anak kelak.
Hal tersebut tentu dapat diterima karena kita
tahu bahwa dunia semakin berkembang dan kita tak ingin tertinggal dengan
pendidikan yang itu itu saja. Namun, terkadang ada hal yang mulai
kurang diperhatikan oleh orang tua saat ini. Bagi beberapa yang sibuk
dengan pekerjaan, mereka tidak sempat mengawasi perkembangan si anak.
Mereka beranggapan bahwa dengan memasukkan anak mereka ke sekolah yang
bagus saja sudah cukup. Padahal, pendidikan secara akademik tak cukup,
masih ada satu pendidikan yang paling penting yaitu pendidikan moral.
Dalam
realita kehidupan sehari-hari, banyak kita lihat orang-orang yang
berpendidikan tinggi justru menjadi koruptor dan mereka yang kurang
terdidik menjadi orang-orang yang gampang dikelabui oleh orang-orang di
atas mereka. Dunia saat ini (bukan Indonesia saja) sedang mengalami
krisis moral, hal yang berbanding terbalik dengan kecerdasan intelektual
yang semakin pesat. Jika hal ini ditelusuri, penyebab pertama dari
semua itu adalah “pendidikan”. Terlebih pada lembaga pendidikan yang
pertama kali adalah keluarga.
Proses perubahan
Pendidikan
merupakan sistem proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan, dan
pematanga diri. Dewasa yang dimaksud adalah dalam hal perkembangan
badan, kecerdasan, dan tingkat emosional dalam jiwa dan tingkah laku.
Pada dasarnya, pendidikan adalah wajib bagi siapa saja, dimana saja, dan
kapan saja. Pendidikan yang pertama kali diberikan oleh orang tua,
dimana orang tua menanamkan nilai-nilai dasar dalam kehidupan si anak.
Pada
umumnya sekarang, orang tua berada pada keterbatasan waktu dan
kemampuan. Orang tua lebih sibuk dalam mencari nafkah demi pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga tidak ada waktu khusus bagi mereka
dan anak-anaknya. Orang tua terkadang juga tidak berkesempatan untuk
merencanakan program untuk mendidik putra-putrinya. Karena kesibukan
pula mereka ketinggalan informasi mengenai pendidikan dan dengan mudah
menyerahkan urusan pendidikan si anak sepenuhnya pada sekolah, karena
keahlian orang tua yang kurang dalam mendidik.
Dalam pendidikan
keluarga, pendidikan mulai tumbuh dengan instingtif yang berupa kasih
sayang, saling memberi, nilai pengertian, dan hubungan timbal balik yang
harmonis antara orang tua dengan anak-anak. Kemudian, pendidikan yang
diberikan dalam keluarga juga melalui empirik seperti percontohan,
bimbingan, dan arahan. Kemudian memberikan pengetahuan rasional seperti
bagaimana memecahkan masalah, menentukan pilihan, dan bagaimana
membentuk sikap diri.
Semua hal di atas merupakan tanggung jawab
orang tua terhadap anak. Dalam keluarga, anak mendapat perawatan dan
bimbingan dalam rangka pembentukan sifat dan kepribadiannya. Yang perlu
diperhatikan adalah, anak merupakan peniru yang baik. Mereka melihat
bagaimana lingkungan sekitarnya bersikap, dan kemudian tanpa sadar
menirunya. Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai positif sejak dini
sangat diperlukan.
Seperti yang telah diuraikan, keluarga adalah
tempat pertama dan utama dalam kegiatan pendidikan. Dalam kehidupan
keluarga, nilai-nilai pengembangan potensi dan kecerdasan spiritual
lebih ditekankan karena keluarga adalah tempat yang tepat bagi
pertumbuhan kesadaran atas asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan.
Pencerdasan spiritual
Pengetahuan
kependidikan bagi orang tua paling tidak melingkupi dua hal, yaitu
wawasan filosofis yang berisi pengetahuan tentang kesadaran moral bahwa
anak bukan untuk dimiliki namun untuk diasuh dan dibimbing menjadi
manusia yang manusiawi. Kecakapan hidup yang diperlukan orang tua untuk
membentuk suatu kecakapan yang berguna dalam kelangsungan dan
perkembangan hidup bagi anak-anaknya. Hasil yang diharapkan dari
pembelajaran tersebut adalah dapat membantu si anak dalam membentuk
sikap moralitas yang baik dan perilaku mandiri menuju pendidikan
selanjutnya.
Sumber pendidikan moral dalam keluarga bisa
didapatkan dari adat-istiadat, peradaban, kebudayaan, dan ajaran agama
yang benar dan cocok untuk diterapkan dalam kehidupan berkeluarga. Dari
sumber-sumber tersebut dapat diperoleh nilai-nilai moral yang mengakar
pada nilai spiritual. Kecerdasan spiritual yang dimaksud adalah
kesadaran atas asal mula dan tujuan hidup yang diharapkan menjadi jelas,
dan potensi tersebut diyakini menjadi dasar dalam mengendalikan gerak
langkah hidup yang lebih baik.
Oleh karena itu, keluarga wajib
meletakkan landasan dasar spiritual dalam pendidikan keluarga berupa
potensi nilai moral dan kemanusiaan. Karena pada dasarnya, manusia
merupakan pemimpin (khalifah). Sifat dan hakikat pemimpin adalah
kecenderungan moral untuk melanjutkan hidup dan kehidupan, dan keluarga
berkewajiban menanamkan wawasan kehidupan berupa kesadaran tentang asal
mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan, agar tercipta generasi penerus
bangsa yang berakhlak mulia. Semoga!
Firza Rizky Utami,
Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Bahasa Inggris STAIN Malikussaleh
Lhokseumawe, dan Siswa Sekolah Demokrasi Aceh Utara (SDAU) Angkatan IV
2014. Email: firzarizkyutami@gmail.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Categories
Popular Posts
-
from: kartunNgampus Agak sedikit kesal dan kecewa sih liat nilai IP semester ini. Mungkin salah gue juga yang terlalu cuek saat itu, ent...
-
Sendirian jadi cewek disini, sello aja sih, Tapi entah kenapa ada hawa aneh . Rasanya semacam diawasi, Mungkin itu cuma paranoid aja si...
-
terbit: September 2013, Atjehlink Senin(24/2) adalah tanggal dimana mahasiswa dari 2 prodi (Bahasa Inggris dan Matematika) di STAI...
-
Ada langkah yang mungkin telah salah aku ambil di awal musim. Harusnya setiap langkah didasari dengan pertimbangan, namun terkadang pada ko...
-
Rabu, 03 September 2014 10:41 wib | Kampus Okezone.com ilustrasi DI era teknologi yang semakin canggih, tak dapat dimungkiri bah...
-
* terbit: 07 Juni 2014, Harian Serambi DI era modern ini, berbagai macam metode pendidikan terus berkembang. Mulai dari Pendidikan Ana...
-
ini tentang sebuah permainan di dalamnya bisa terdapat lebih dari satu pemain ada yang memegang kendali namun ada juga yang dipermainkan ...
-
Orang asing Hanya orang asing Mabuk merangkai mimpi Larut dalam fantasi a happy ending Nyatanya, Waktu seakan mengkhianati Terh...
-
Akhirnya, setelah melanglang buana kagak jelas (sebenarnya jelas, lingkungan gue cuma rumah, kampus, dan hotspot wifi) gue balik ke blog t...
-
“ Bagaimana hidupmu kini?” Gadis berwajah menyenangkan itu tersenyum. Ah, aku sangat familiar dengan ruangan ini. Sudah berapa lama ya se...
0 comments:
Post a Comment